Congratulations! Retirement Just Got Postponed (Again)

Congratulations! Retirement Just Got Postponed (Again)

In 2015, the Indonesian government enacted Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Pensiun, introducing a phased increase in the retirement age. Starting at 57 in 2019, it will rise to 59 by 2025 and gradually reach 65 by 2043. This policy is designed to sustain BPJS Ketenagakerjaan, the nation’s pension system, by balancing contributions and payouts to ensure financial stability.

Retirement policies often clash with the reality for many Indonesians across all sectors. From civil servants to small business owners, individuals frequently work into their 70s, driven by both economic necessity and a cultural inclination to remain active. While the government's phased increase in the retirement age aims to ensure the sustainability of BPJS Ketenagakerjaan, it underscores the disconnect between policy objectives and the daily realities faced by many workers, across all sectors.



Working Beyond the Finish Line: Indonesia's Labor Story

Take Pak Budi, for example—a retired civil servant who, after retiring, continues to work informally to make ends meet. His story illustrates how many Indonesians navigate extended work periods out of necessity due to economic pressures. Indonesia’s average effective labor market exit age is 70 years (OECD, 2022), one of the highest globally and significantly longer than Japan or Germany, where workers retire around 64. For many Indonesians, this extended working period underscores economic survival rather than choice. Workers across all sectors often continue their labor to support their families and manage rising living costs


(source: Statista)


Raising the retirement age reflects the government's pragmatic approach to sustaining social security programs like BPJS Ketenagakerjaan while addressing the economic strain of an aging population. Indonesia, like many nations, is experiencing a demographic shift. By 2050, over 20% of Indonesia's population will be aged 60 or above (UN Population Division, 2023), placing significant pressure on social security systems.

By increasing the retirement age, workers contribute to the system for a longer period, boosting the fund’s financial stability. Simultaneously, delayed payouts reduce immediate liabilities, helping the pension system manage the growing demands of an aging population more effectively.

Another fact check worth noting:?Life expectancy in Indonesia has steadily increased to 73 years in 2023, up from 68 in the early 2000s (World Bank, 2023). This underscores the growing need for prolonged workforce participation.

......

If you’re living longer, isn’t it logical to extend your working years as well?



Cross-Generational Harmony

Generational differences in the workplace—between experienced managers nearing 60 and ambitious graduates in their 20s—can lead to friction but also opportunities. Companies must redefine roles to bridge these gaps effectively:

  • Mentorship Programs: Seniors can transition into advisory roles, sharing their wealth of experience with younger employees.
  • Flexible Work Options: Older workers can take on part-time or consulting roles, remaining engaged without undue strain.
  • Reverse Mentoring: Younger employees teach digital and technical skills to senior colleagues, fostering mutual learning and collaboration.
  • Collaborative Projects: Mixed-age teams bring together innovation and experience, driving well-rounded and impactful results.

By embracing these approaches, workplaces transform generational differences into opportunities, fostering innovation and collaboration. This enables organizations to thrive in an evolving world, leveraging diversity as a strategic advantage.



Addressing Job Availability

With older employees staying in the workforce longer, concerns about job opportunities for younger workers intensify. Addressing these challenges requires scalable, innovative solutions that create equitable pathways for employment:

  1. Policy Incentives: Tax benefits for businesses investing in Special Economic Zones (SEZs) can encourage the growth of industries like green energy and advanced manufacturing. These incentives should explicitly support the creation of new roles tailored for younger workers while enabling older employees to transition into mentorship or advisory positions.
  2. Public-Private Partnerships: Collaborations with tech companies and startups can create innovation hubs that fuel new employment opportunities. By combining the expertise of senior workers with the innovative ideas of younger talent, these hubs can become platforms for fostering generational collaboration and driving technological advancements.
  3. Reskilling Programs: Tailored training initiatives in high-demand sectors like AI and renewable energy can prepare workers of all ages for future opportunities. Japan, another country experiencing reverse pyramid demographic, provides an inspiring example through initiatives like the Skilled Partner Program (SPP) at Toyota, where retired employees are re-employed to mentor younger workers. Older workers can also pivot into advisory roles while empowering younger generations to innovate.

These solutions aren’t just about filling roles—they’re about building a job market that thrives across all age groups and regions. Japan has successfully balanced generational needs through reskilling programs that enable older workers to pivot into advisory roles while empowering younger generations to lead innovation. By embedding local empowerment and sustainability into these efforts, Indonesia can ensure its workforce evolves to meet tomorrow’s challenges.



Not the End, But a Beginning

In Indonesia, retirement has never been a definitive endpoint—it’s a transition to new roles and responsibilities. Many retirees, across all sectors, continue working through small businesses or community initiatives. As the retirement age rises, flexible policies such as phased retirement and wellness programs become essential.?Blending traditional wisdom, such as artisanal craftsmanship or time-tested agricultural practices, with modern innovation like digital tools and renewable energy solutions ensures that all generations can thrive in a dynamic workforce.

Congratulations! Retirement may be postponed, but the opportunities it brings—bridging generational divides, fostering innovation, and creating resilient pathways for the future—are only just beginning.


..... And as Pak Budi might aptly puts it, "I ain't stopping anyways."




Mengapa Usia Pensiun Perlu Berubah?

Pada tahun 2015, pemerintah Indonesia mengesahkan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Pensiun, yang memperkenalkan peningkatan usia pensiun secara bertahap. Dimulai dari usia 57 tahun pada 2019, usia pensiun akan meningkat menjadi 59 tahun pada 2025 dan secara bertahap mencapai 65 tahun pada 2043. Kebijakan ini dirancang untuk menjaga keberlanjutan BPJS Ketenagakerjaan, penyelenggara sistem jaminan hari tua nasional, dengan menyeimbangkan kontribusi dan pembayaran guna memastikan stabilitas finansial.

Namun, kebijakan pensiun ini sering kali bertolak belakang dengan kenyataan yang dihadapi banyak orang Indonesia di berbagai sektor. Dari pegawai negeri hingga pemilik usaha kecil, banyak individu yang dalam kenyataannya sudah bekerja hingga usia 70-an, didorong oleh kebutuhan ekonomi dan budaya yang mendorong untuk tetap aktif.



Realita di Balik Usia Pensiun

Ambil contoh Pak Budi, seorang pensiunan pegawai negeri yang, setelah pensiun, terus bekerja secara informal untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kisahnya menggambarkan bagaimana banyak orang Indonesia harus menjalani masa kerja yang lebih panjang akibat tekanan ekonomi. Rata-rata usia efektif keluar dari pasar kerja di Indonesia adalah 70 tahun (OECD, 2022), salah satu yang tertinggi di dunia dan jauh lebih panjang dibandingkan Jepang atau Jerman, di mana pekerja pensiun sekitar usia 64 tahun. Bagi banyak orang Indonesia, masa kerja yang panjang ini lebih mencerminkan kebutuhan untuk bertahan hidup daripada pilihan.

Meningkatkan usia pensiun merupakan pendekatan pragmatis pemerintah untuk menjaga keberlanjutan program jaminan sosial seperti BPJS Ketenagakerjaan sekaligus menangani tekanan ekonomi akibat populasi yang menua. - Pada 2050, lebih dari 20% populasi Indonesia diproyeksikan akan berusia 60 tahun ke atas (UN Population Division, 2023), yang akan memberikan tekanan signifikan pada sistem jaminan sosial kita.

Dengan meningkatkan usia pensiun, pekerja menjadi berkontribusi lebih lama ke sistem, yang pada gilirannya meningkatkan stabilitas finansial dana pensiun. Sementara itu, pembayaran yang ditunda akan berujung pada berkurangnya kewajiban langsung, yang mana hal ini akan membantu sistem pensiun Indonesia menghadapi tuntutan populasi yang menua dengan lebih efektif.

Fakta lain yang juga menarik diperhatikan: Harapan hidup di Indonesia meningkat menjadi 73 tahun pada 2023, naik dari 68 tahun pada awal 2000-an (World Bank, 2023).

....

Jika kita hidup lebih lama, bukankah logis untuk memperpanjang masa kerja juga?



Kolaborasi Lintas Generasi: Antara Pengalaman dan Inovasi

Perbedaan generasi di tempat kerja—antara manajer berpengalaman yang mendekati usia 60 tahun dan lulusan muda yang ambisius di usia 20-an—dapat memunculkan gesekan, tetapi juga peluang. Perusahaan harus mendefinisikan ulang peran untuk menjembatani kesenjangan ini secara efektif:

  • Program Mentorship: Pekerja senior dapat beralih ke peran advisor, berbagi pengalaman berharga dengan karyawan muda.
  • Pilihan Kerja Fleksibel: Pekerja yang lebih tua dapat mengambil peran paruh waktu atau menjadi konsultan, tetap terlibat tanpa tekanan berlebih.
  • Reverse Mentoring: Karyawan muda mengajarkan keterampilan digital dan teknis kepada rekan senior mereka, mendorong pembelajaran dan kolaborasi yang saling menguntungkan.
  • Proyek Kolaboratif: Tim lintas usia bekerjasama menyatukan inovasi dan pengalaman, menghasilkan hasil yang berdampak.

Dengan langkah-langkah ini, tempat kerja tidak hanya menjawab perbedaan antar generasi, tetapi juga menciptakan ekosistem dinamis yang dipenuhi inovasi. Setiap individu, tua maupun muda, dapat berkontribusi dengan cara yang berarti. Dengan memanfaatkan kekuatan semua generasi, organisasi dapat tetap unggul di dunia yang terus berubah, menjadikan keberagaman sebagai keunggulan strategis.



Menjawab Tantangan Ketersediaan Kerja

Dengan semakin banyaknya pekerja senior yang tetap berada di dunia kerja, kekhawatiran tentang peluang kerja bagi pekerja muda semakin meningkat. Mengatasi tantangan ini membutuhkan solusi yang skalabel dan mampu menciptakan peluang kerja yang adil bagi semua:

  1. Insentif Kebijakan: Insentif pajak untuk bisnis yang berinvestasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dapat mendorong pertumbuhan industri seperti energi hijau dan manufaktur maju. Insentif ini harus secara eksplisit mendukung penciptaan peran baru untuk pekerja muda sambil memungkinkan pekerja senior beralih ke peran mentorship atau penasihat.
  2. Kemitraan Publik-Swasta: Kolaborasi dengan perusahaan teknologi dan startup dapat menciptakan pusat inovasi yang mendorong peluang kerja baru. Dengan menggabungkan keahlian pekerja senior dan ide-ide inovatif dari pekerja muda, pusat-pusat ini dapat menjadi platform untuk kolaborasi generasi dan mendorong kemajuan teknologi.
  3. Program Pelatihan Lanjutan: Inisiatif pelatihan yang dirancang khusus di sektor-sektor dengan permintaan tinggi seperti AI dan energi terbarukan dapat mempersiapkan pekerja dari segala usia untuk peluang masa depan. Jepang memberikan contoh inspiratif melalui inisiatif seperti Skilled Partner Program (SPP) di Toyota, di mana pensiunan membantu melatih pekerja muda. Program ini menunjukkan bagaimana pekerja senior dapat berbagi keahlian sambil memberdayakan generasi muda untuk berinovasi, mengatasi kekurangan tenaga kerja, dan mendorong kolaborasi.

Dengan menanamkan kolaborasi antar generasi dan keberlanjutan ke dalam upaya ini, Indonesia dapat memastikan tenaga kerjanya bukan hanya siap untuk menghadapi tantangan terkini, namun juga tantangan masa depan.



Pensiun, Tetapi Tidak Berhenti

Di Indonesia, pensiun tidak pernah menjadi akhir yang pasti—melainkan transisi ke peran dan tanggung jawab baru. Banyak pensiunan, di berbagai sektor, terus bekerja baik melalui usaha kecil, inisiatif komunitas, atau aktifitas lainnya. Seiring meningkatnya usia pensiun, kebijakan fleksibel seperti pensiun bertahap dan program kesejahteraan menjadi penting. Memadukan kearifan tradisional dengan inovasi modern seperti alat digital dan solusi energi terbarukan memastikan semua generasi dapat berkembang dalam dunia kerja yang dinamis.

Selamat! Pensiun mungkin ditunda, tetapi justru ini adalah awal dari peluang besar—membangun koneksi antar generasi, mendorong inovasi baru, dan menciptakan masa depan yang lebih kokoh dan berdaya.



... Dan seperti yang mungkin akan dikatakan Pak Budi, "Siapa bilang saya berhenti?"

Astrid Wenas

IPM Communications

1 个月

This is an insightful article, and I appreciate the perspective you've shared on the increased retirement age limit in Indonesia and its implications. I have also noticed this trend and refer to it as the longevity economy from the point of view of wellness and health. As we embrace this shift, it’s important for individuals to prepare themselves by prioritizing fitness and vitality. By doing so, they can not only reach the retirement age limit but also continue to contribute productively and enjoy a high quality of life well beyond it. The longevity economy offers tremendous potential, and fostering a culture of wellness is key to unlocking it. Let’s continue this important conversation and explore how wellness can empower people to thrive in this evolving landscape.

Eka Hadi Sudjana

Team Leader Credit Analist PT Bank Ina Perdana, Tbk

1 个月

The fact is: retirement age in every company is based on company regulation. There is no power to make company change it, even the government.

回复

Nice piece, brother. Is this already applicable to our age group? Btw I have just subscribed to this "Unfolding Perspectives". Is this some kind of your blog? You should write for Jakarta Post, bro!

Raman Anggorodi

Tender and Commercial Manager at Schlumberger

1 个月

Very interesting article Pak Fajar Fitrianto, MBA, CFA, FRM I just had a discussion with a colleague in the UK about retirement age, and I told him Indonesia is 55 and just now i learned it will be extended. Very informative, thank you.

要查看或添加评论,请登录

Fajar Fitrianto, MBA, CFA, FRM的更多文章

社区洞察